Filsafat Pendidikan Paulo Freire
Pada bagian
kuliah tentang Filsafat Pendidikan Paulo Freire
ini terdiri dari empat pokok bahasan yaitu:
1. 1. Latar Belakang Hidup Paulo
Freire
2.
2. Pandangan Freire
tentang Manusia
3.
3. Pandangan Freire
tentang Pendidikan sebagai Pembebasan
4.
4. Pandangan Freire
tentang Kurikulum Pendidikan
Latar Belakang Hidup Paulo Freire
1.
Riwayat
Hidup;
Paulo Freire lahir di Recife,
Brasil tahun 1921. Ibunya seorang Katolik yang taat agama. Ayahnya pengusaha
kelas Menengah. Lahir dan besar dari kalangan kelas Menengah. Keluarganya
pernah mengalami langsung kemiskinan dan kelaparan selama masa depresi ekonomi 1929. Tentang situasi ini ia menulis: “Kami berbagi rasa lapar, dan
bukannya berbagi rasa kelas sosial”. Namun pengalaman inilah yang membentuk
keprihatinannya terhadap kaum miskin dan
membangun dunia pendidikan yang khas. Sejak kecil orangtua mengajarnya
untuk : menghargai dialog dan pendapat orang lain.
Kebiasaan di rumah ini membuatnya belajar mendengar dan menganalisis
kehidupan konkrit masyarakat dan setiap konsep yang didapatnya. Tahun 1943 ia belajar
hukum pada Universitas Recife. Tetapi ia juga belajar filsafat
dan psiklogi bahasa. Walaupun lulus sebagai sarjana hukum,
Ia lebih suka bekerja sebagai guru di sekolah menengah.
Tahun 1946, ia menjadi Direktur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di ibu
kota Recife.
Pada saat ini juga ia mulai
menciptakan bentuk pengajaran non-ortodoks yang dikenal dengan nama “pendidikan
pembebasan”. Sering
terlibat dalam diskusi dengan para
buruh terutama tentang teori Jan Piaget
(seorang psikolog terkenal). Pengalaman
diskusi ini membuatnya mulai menyadari bahwa masyarakat miskin memiliki “rasa
yang berbeda tentang realitas hidup”.
· Pada saat ini
Freire mendapatkan kesempatan untuk:
a.
Menerapkan
secara luas teori-teorinya tentang pendidikan
b.
Mengajarkan
secara sukses 300 orang buruh untuk membaca dan menulis hanya dalam 45 hari.
Karena keberhasilannya ini,
Presiden Brasil mengangkat Freire memimpin Program Keaksaraan Nasional. Namun
ia kemudian dituduh pemerintah menghasut
dan mempengaruhi rakyat miskin untuk melakukan tindakan subversi terhadap
pemerintah. Karena tertuduh melakukan tindakan subversif maka pada tahun 1964, Ia
dipenjarakan selama 70 hari. Kemudian,
diasingkan ke Bolivia dan Chile selama 5 tahun. Selama di Chile, ia bekerja dan
terlibat dalam Gerakan Pembaruan Agraria Demokratis Kristen.
1.
Tahun
1967, ia menerbitkan bukunya yang pertama: “Pendidikan sebagai Praktik
Pembebasan”.
2.
Tahun
sebelumnya ia menulis buku yang sangat terkenal: “Pendidikan Kaum Tertindas
(Pedagogy of Oppressed)
3.
Tahun
1978 Freire bekerja di Swiss sebagai:
penasehat pendidikan khusus pada Dewan
Gereja se-Dunia.
4.
Tahun
1980, status pengasingan Freire dicabut dan ia kembali ke Brasil.
-
Sekembalinya
dari pengasingan ia:
o
bergabung
dengan Partai Buruh di kota Sao Paolo
o
Bertindak
sebagai konsultan proyek melek huruf dewasa pada tahun 1980-1986.
o
Diangkat
menjadi menteri Pendidikan Sao Paolo tahun 1986.
o
Mendirikan
“Institut Paulo Freire di Sao Paulo”
untuk memperluas dan menguraikan teori-teorinya tentang pendidikan rakyat.
o
Freire
meninggal dunia pada 2 Mei 1997 akibat
serangan jantung.
Jadi Paolo
Freire lahir dalam keluarga yang taat
beragama katolik. Sejak kecil orangtuanya mengjarkannya untuk menghargai dialog dan pendapat orang. Ia menulis sejumlah buku
yang berpengaruh sangat luas dalam dunia pendidikan, antara lain: “Pendidikan
Sebagai Praktek Pebebasan” (1967) dan “Pendidikan Kaum Tertindas” (1971)
2.
Pandangan
Paulo Freire tentang Manusia
a. Manusia sebagai makluk yang sadar; Filsafat manusia Paulo Freire bertolak
dari kehidupan nyata
b.
Kodrat
dan Panggilan Manusia; Dari kodratnya, manusia merupakan: pelaku/subyek dan
bukan penderita/ obyek dari kehidupan.
c.
Manusia
dapat mengubah dunia; Manusia pada hakekatnya dapat memahami keberadaan diri
dan lingkungannya sendiri
d.
Manusia
bersama orang lain; Manusia hidup di
dunia bersama orang lain karena itu “ada bersama” (being together) perlu
dijalani dalam rangka proses menjadi (becoming) yang tidak pernah
selesai.
3.
Filsafat Pendidikan Bagi Kaum Tertindas
1.
Pendidikan
untuk pembebasan; Freire pada akhirnya
memformulasi sendiri suatu filsafat pendidikan yang disebut: “pendidikan
kaum tertindas”
2.
Pendidikan
berhadapan dengan masalah; Proses pendidikan harus melibatkan anak
didik secara
langsung dalam realitas permasalahan hidup dan keberadaan
mereka di dalamnya.
3.
Penyadaran
Sebaga Inti Proses Pendidikan;
Freire
menggolongkan kesadaran manusia menjadi kesadaran:
i. Magis (magical
consciousness)
ialah kesadaran
berkaitan dengan kesadaran akan “ketidakmampuan” masyarakat melihat kaitan
antara satu faktor dengan faktor lain yang menjadi penyebab realitas kehidupan.
ii. kesadaran naïf (naival
consciousness)
ialah kesadaran
dimana seseorang melihat aspek manusia sebagai akar penyebab masalah
masyarakat.
iii. Kesadaran kritis
(critical consciousness).
Ialah kesadaran
dimana seseorang melihat aspek sistem dan struktur (sosial, budaya, politik,
ekonomi) sebagai sumber masalah.
4.
Penyadaran
dan pengertian; Jika sudah mencapai tingkat kesadaran kritis, maka seseorang
itu mulai masuk kedalam proses
pengertian, bukan hafal semata-mata.
5.
Pendidikan
memberikan keleluasan untuk mengatakan kata-katanya sendiri; Pendidikan perlu
memberi keleluasaan bagi setiap orang untuk mengatakan kata-katanya sendiri,
bukan kata-kata orang lain.
6.
Pelaksanaan
proses pendidikan pembebasan;
6.1.
Tahap
Kodifikasi dan Dekodifikasi; Merupakan tahap pendidikan melek huruf elementer
dalam “konteks konkret” dan “konteks teoritis”
6.2.
Tahap
Diskusi Kultural; Merupakan tahap lanjutan dalam satuan kelompok-kelompok kerja
kecil
6.3.
Tahap
Aksi Kultural; Merupakan tahap “praxis” yang sesungguhnya
4.
Manfaat Teori
Pendidikan Menurut Paolo Freire
1. Manfaat
teori pendidikan Freire; Memberikan solusi alternatif atas kebuntutan yang
berkaitan dengan praktik pendidikan di seluruh dunia.
2. Teori
pendidikan harus dihadapkan dengan
realitas sehari-hari; Teori pendidikan merupakan teori yang menghadapkan pendidikan dengan
realitas yang tengah bergumul di
sekitarnya.
3. Wilayah-wilayah
pedagogis dalam pendidikan; Termasuk wilayah-wilayah pedagogis dlam pendidikan ialah universitas, sekolah
negeri, museum, galeri seni, dan tempat-tempat lainnya
4. Pendidikan
sering disahgunakan para elit; Pendidikan
sering disalahgunakan para elit
sebagai sarana penyalur
kepentingan pribadi.
5. Kurikulum
Pendidikan; Demi menciptakan masyarakat baru maka pendidikan perlu memiliki
kurikulum yang unik
6.
Elemen/unsur
dasar kurikulum
6.1 Pengetahuan transformative, Pengetahuan transformatif ialah pengetahuan yang diperoleh melalui transformasi/tindakan
subversi terhadap pengetahuan lama. Pengetahuan lama ialah pengetahuan yang
“didepositokan” dalam buku-buku teks dan terpisah dari realitas kontekstual.
6.2 Kebebasan, Kurikulum memuat nilai kebebasan. Namun kebebasan itu tentu
memiliki batasan-batasan tersendiri berdasarkan persoalan yang dihadapi mereka
yang tertindas. Kebebasan itu perlu diberi batasan-batasan tertentu agar
tidak berbenturan dengan hak-hak orang lain yang dapat menimbulkan
anarkisme. Kebebasan yang dimaksudkan disini ialah “kesadaran kritis”. Tanpa
kesadaran kritis terhadap realitas yang ada maka tak mungkin pembebesan itu
dapat dilakukan.
6.3 Aksi untuk
perubahan, Kesadaran kritis yang dibangun oleh rakyat melalui
pendidikan harus diikuti dengan aksi atau tindakan nyata yang membawa
perubahan/membebaskan. Perubahan terjadi ketika masyarakat beralih dari
Kesadaran akan kondisi hidup “masyarakat kerucut” (tertutup/submerged
society) kepada “masyarakat terbuka” (open society). Menurut Freire, tujuan pendidikan ialah membebaskan
manusia dari kondisi-kondisi penindasan yang telah melahirkan kondisi hidup
manusia “tidak manusiawi”. Disini dibutuhkan konsep pedagogis dan kurikulum
yang membebaskan. Kurikulum yang membebaskan mengandung tiga elemen utama yaitu
pengetahuan transformatif, kebebasan kritis dan aksi untuk perubahan.